Sebuah Film dengan Interpretasi yang Tak Seragam
Sumber : http://www.sinarharapan.co.id/berita/0203/16/hib02.html
JAKARTA—Inilah film yang telah lama dinanti-nanti penggemar Tom Cruise, atau Nicole Kidman. Barangkali, banyak yang ingin menyaksikan film ini hanya karena ingin melihat seperti apa sih Penelope Cruz—perempuan cantik yang berhasil memikat hati Tom Cruise manakala kehidupan perkawinan pria paling top Hollywood itu dengan Nicole Kidman di ambang kehancuran. Konon, benih-benih cinta itu memang sudah tertanam sejak Cruise dan Cruz bertemu dalam film ini. Dan cinta itu kian berkembang dan menjadikan mereka sepasang kekasih hanya beberapa minggu usai pengambilan gambar. Menarik bukan? |
|
Sah-sah saja, jika Anda pun termasuk salah seorang yang berminat menyaksikan film ini dengan latar belakang seperti di atas. Namun, jangan kecewa jika film ini tidak menyajikan kisah percintaan yang konvensional dan lurus-lurus saja—atau apa pun seperti harapan Anda. Kenyataannya, Vanilla Sky bukan film yang mudah ditafsirkan. Bahkan sesungguhnya, film ini termasuk film berat yang barangkali tak bisa dipahami hanya dengan satu kali menonton.
Penjungkirbalikan Logika
Diangkat dari film Spanyol berjudul Abre Los Ojos yang berarti ”Open Your Eyes”, Vanilla Sky memfokuskan cerita pada David Aames (diperankan oleh Tom Cruise), seorang pria muda kaya raya, ganteng, sukses, kharismatik. Ia mewarisi kerajaan penerbitan dari ayahnya. Ia mempunyai seorang teman tidur yang cantik, Julie Gianni (Cameron Diaz). Aames betul-betul menganggap Julie sekadar teman tidur. Artinya, mereka bisa bercinta habis-habisan dan tetap menjadi teman. Tapi, tentu saja Julie tak punya anggapan yang sama. Menurutnya, jika seorang pria tidur bersama seorang perempuan maka tubuh mereka saling membuat janji, entah disadari atau tidak.”
Satu malam, Aames melangsungkan sebuah pesta dan Julie tak diundang. Dalam pesta itu, Brian (Jason Lee) sahabatnya membawa seorang gadis cantik bernama Sofia Serrano (Penelope Cruz). Jatuh cinta pada pandangan pertama, Aames betul-betul tak bisa melepaskan matanya dari Sofia. Aames yang selalu mengabaikan perasaan Julie, kali ini pun tak ambil peduli dengan kehadiran Brian yang menjadi teman kencan Sofia. Aames bahkan kemudian mengantarkan Sofia pulang dan menghabiskan malam bersama.
Pagi harinya, Julie Gianni sudah menunggu Aames di mobilnya yang diparkir dekat apartemen Sofia. Ia mengajak Aames ke suatu tempat. Namun, ternyata Julie hanya ingin bunuh diri bersama-sama Aames dengan menabrakkan mobilnya pada pagar sebuah jembatan. Julie mati dan Aames luka parah hingga harus menjalani operasi plastik.
Sampai di sini, plot terasa wajar dan sangat konvensional. Namun, bersiap-siaplah menerima kejutan demi kejutan pada adegan-adegan berikutnya, termasuk penjungkirbalikan logika dan alur cerita.
Plot Maju Mundur
Keberhasilan Vanilla Sky adalah keberhasilan Cameron Crowe. Sebagai sutradara, ia mampu menuturkan plot yang jungkir balik dengan begitu rapi hingga kejutan di akhir cerita pun tetap terjaga. Begitu rapi ia menggarap alur maju mundur (yang rentang waktunya tak cukup hitungan puluhan tahun) hingga penonton tak bisa menduga kejutan apa yang bakal muncul pada adegan berikut, berikut, dan berikutnya. Peran Crowe cuma sebagai sutradara. Ia juga menulis skenario yang diadaptasi dari film Abre Los Ojos karya Alejandro Amenabar dan Mateo Gil. Tahun 2001, Crowe berhasil meraih Oscar sebagai penulis skenario terbaik untuk film Almost Famous.
Bagi Tom Cruise, Vanilla Sky adalah kerja sama yang kedua dengan Cameron Crowe setelah Jerry Maguire yang menghadiahinya posisi nominasi Oscar tahun 1996. Cruise memang tak cuma bermodal tampang cakep. Ia juga selalu bermain dengan baik. Beberapa kali nominasi Oscar tentu bisa menjadi bukti. Kali ini, Cruise harus menjalani kerja yang sangat keras. Sosok David Aames yang muda, kaya, kharismatik tetapi bisa menyakiti hati siapa pun dan pada akhirnya harus menghadapi sebuah kehidupan yang di luar jangkauan nalar boleh dibilang sulit diperankan. Namun, Cruise sudah berbuat sebisanya.
Penelope Cruz, perempuan cantik asal Spanyol, sesungguhnya adalah pemeran asli Sofia Serrano dalam film Abre Los Ojos. Sayangnya, ketika berhadapan dengan permainan Cruise dan Cameron Diaz, aktingnya menjadi bukan apa-apa. Sebaliknya, Cameron Diaz sangat menonjol. Emosi seorang perempuan yang terbakar cemburu dan marah pada pria yang hanya menganggapnya sebagai teman tidur mampu dimainkannya dengan baik. Sayangnya, porsi Diaz tidak terlalu banyak.
Akhirnya, setelah menonton film ini barangkali interpretasi Anda dengan rekan Anda tak serupa. Tapi, tak mengapa. Bukankah justru di situ letak keasyikannya? Seperti ketika Anda usai membaca sebuah buku dan memiliki imajinasi yang berbeda dari teman. Atau, Anda butuh menonton dua kali? (ida)
No comments:
Post a Comment