Thursday, October 21, 2010

'Red': Tua, Pensiun, dan (Masih) Berbahaya



Jakarta - Berhati-hatilah dengan orang-orang tua di sekitarmu. Mereka bisa saja seorang lelaki botak yang bosan dengan hari-hari pensiunnya dan setiap hari menelepon perempuan pegawai kantor pelayanan dana pensiun. Atau, bisa juga kakek 80 tahun yang kerjaannya menonton tivi rusak di rumah jompo. Tapi, jangan salah. Siapa yang tahu kalau mereka sebenarnya para pensiunan agen-agen CIA yang masih berbahaya? Mereka pernah menjadi mata-mata dan pembunuh terbaik di masa lalu.

Cerita dengan imajinasi seperti itu sudah sering diangkat ke dalam film. Tapi, 'Red' karya sutradara Robert Schwentke ('The Time Traveler's Wife', 1999) ini menawarkan "ambience" yang berbeda. Diadaptasi dari novel grafis karya Warren Ellis dan Cully Hamner, film ini dari awal sampai akhir menebar suasana yang menyenangkan. Tanpa pamer otot, namun eksyennya mantap. Ledakan peluru dan granat tiada henti, namun tidak benar-benar membuat film ini menjadi "keras" dan "dingin". Alurnya cepat dan tangkas, tanpa kehilangan momen-momen yang dramatik dan menyentuh.

Film dibuka dari dari kamar gelap Frank Mosses (Bruce Willis) yang berhias tunas pohon alpukat dalam pot. Dia menelepon Sarah (Mary-Louise Parker), mengeluh tentang tunjangan pensiunnya yang mandek. Belakangan, Frank mengaku bahwa dia sebenarnya hanya ingin ngobrol saja karena kesepian, dan tentu saja karena suka sama perempuan itu. Lalu, Frank memutuskan untuk datang kota tempat tinggal Sarah. Ceritanya, Frank ingin "kopdar".

Tapi, mendadak, pada suatu pagi, rumah Frank diberondong senjata oleh sekelompok orang berseragam. Dengan sekejap mata, Frank berhasil melumpuhkan orang-orang itu, dan dengan gontai meninggalkan rumahnya yang hancur. Pertemuan dengan Sarah pun menjadi kencan yang tak seindah bayangan. Frank tahu, tidak hanya dirinya yang sedang diincar, tapi tentu saja orang-orang yang pernah punya kontak dengannya. Dari sini petualngan dimulai.

Frank segera mencari tahu, mengapa setelah sekian tahun pensiun dirinya diburu, dan siapa mereka? Setelah tahu bahwa itu semua adalah operasi CIA, Frank pun mulai menemui rekan-rekan seangkatannya. Orang pertama yang ditemui adalah Joe Matheson (Morgan Freeman) yang kini tinggal di panti jompo. Frank kemudian juga menemui rekannya yang lain, Marvin (John Malkovich) yang agak sinting, tinggal di sebuah bunker tengah hutan. Bertiga plus Sarah, mereka menemui orang penting satu lagi, Victoria (Helen Mirren) untuk mengungkap konspirasi apa yang sedang dilakukan terhadap Frank.

Orang-orang lanjut usia yang sudah lama pensiun dan menikmati hidup tenang itu menjadi begitu bersemangat ketika harus bersaksi lagi. Tim manula yang "rindu masa lalu" dan "sudah lama tidak membunuh orang" ini dengan ajaib menebar aura positif dan kegembiraan sepanjang film. Siapa yang tidak tertawa lebar melihat John Malkovic seperti remaja ganjen menenteng boneka babi warna pink, serta marah-marah melulu sama negara dan sistem? Dan, siapa yang riang gembira melihat Helen Mirren berkata, "I kill, dear!" dan dengan gaun pesta putih ningratnya berdiri memberondong senjata seperti kesetanan?

Film ini menawarkan hiburan yang lebih maksimal dibanding film-film bertema serupa yang belakangan marak, dari 'Wanted', 'Salt', 'Killers' hingga 'Knight and Day'. Namun, yang paling menyenangkan tentu menyaksikan kembalinya si Die Hard, si Last Boy Scout', si Last Man Standing, ya, Bruce Willis, yang plontos, charming, kharismatik, berperan sebagai pensiunan agen rahasia CIA yang sedang mengejar cintanya masa pada puber kedua. Selain menampilkan barisan aktor-aktor veteran kelas berat, film ini juga didukung para pemeran pembantu yang kuat.

Karl Urban berperan sangat bagus sebagai William Cooper, agen muda CIA yang ambisius dan bertanggung jawab dalam operasi melenyapkan Frank. Dengan konspirasi politik yang jahat sebagai latar belakang cerita, visualisasi bergaya komik, humor yang pas, 'Red' menjadi drama-komedi spionase yang gelap namun 'chic'. Selain kisah cinta Frank dan Sarah yang terus berkembang, terungkap juga kisah cinta masa lalu antara Victoria dan seorang agen pensiunan Rusia, Ivan Simanov (Brian Cox), yang juga membantu aksi reuni mantan agen-agen CIA itu.

(mmu/mmu)

Moviesqy adalah blog yang membahas film-film box office terbaru.

No comments: